iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Tiga Sivitas Akademika UI Terpilih Mengikuti Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah 2023 Kemendikbudristek

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya > Tiga Sivitas Akademika UI Terpilih Mengikuti Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah 2023 Kemendikbudristek

Universitas Indonesia (UI) menjadi perguruan tinggi pengirim delegasi terbanyak pada Muhibah Budaya Jalur Rempah 2023 yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Kegiatan pelayaran napak tilas Jalur Rempah Nusantara ini diikuti oleh berbagai pihak, antara lain Direktorat PPK, peneliti, budayawan, influencer, kru Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci, dan 20 Laskar Rempah terpilih.

Tiga sivitas akademika UI turut terlibat dalam pelayaran ini. Dr. Taqyuddin, Dosen Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI  ikut serta sebagai peneliti dan narasumber. Lebih lanjut, dua mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI terpilih sebagai Laskar Rempah, yaitu Rahmat Pakaya (mahasiswa Sastra Indonesia Angkatan 2020) dan Vio Nanda Ardiansyah (mahasiswa Ilmu Sejarah Angkatan 2022). Keduanya berhasil terseleksi dari 535 pendaftar Laskar Rempah se-Indonesia yang ditujukan untuk masyarakat umum berusia 18–40 tahun.

Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah 2023 mengarungi rute Surabaya–Selayar selama empat hari tiga malam menggunakan KRI Dewaruci. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan Festival Budaya Maritim di Pulau Selayar, Sulawesi Selatan, selama tiga hari. Program ini merupakan upaya mendukung Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO Tahun 2024. Hal ini penting mengingat Jalur Rempah adalah lintasan perdagangan rempah yang sudah ada sejak 3500 tahun silam. Terbentuk oleh perdagangan pala dan cengkeh dari timur Nusantara, jalur perdagangan ini juga melintasi Asia, Afrika, hingga Eropa.

Dalam pemaparannya di geladak KRI Dewaruci, Dr. Taqyuddin mengangkat materi mengenai ruang-ruang laut. Ia menegaskan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dunia, tidak boleh mengabaikan anugerah berupa kekayaan biodiversitas, sumber daya alam, garam, energi matahari, hingga ombak. Sebagai bentuk tanggung jawab dalam mendukung keutuhan Indonesia yang sebagian besarnya merupakan lautan, para akademisi perlu terus berinovasi dalam teknologi kapal. Hal ini dinilainya sebagai upaya pengamanan bagi warga di wilayah perbatasan.

“Mengenal ruang-ruang laut juga berarti mengenal Jalur Rempah sesuai dengan salah satu misinya, yaitu merevitalisasi kebudayaan bahari yang diyakini merupakan warisan budaya utama dari sistem ketersambungan antarbudaya lintas pulau dan benua yang disebut Jalur Rempah. Jalur Rempah perlu diakui sebagai warisan budaya dunia karena praktik saling mengisi, bertukar pengetahuan, berkonflik pada Jalur Rempah masa lalu adalah bukti upaya pendewasaan penghidupan manusia dari berbagai bangsa,” kata Dr. Taqyuddin.

Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah memberikan kesan luar biasa bagi para pesertanya. Vio Nanda Ardiansyah, mahasiswa UI yang tergabung dalam Laskar Rempah mengatakan, “Program ini memberikan kesempatan untuk merevitalisasi hubungan historis dan menghargai lebih dalam cagar budaya serta warisan budaya takbenda yang ada di sekitar kita. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan, menguatkan rasa kebanggaan terhadap keanekaragaman budaya Indonesia, dan menjadikan saya lebih terinspirasi untuk melestarikannya.”

Hal serupa turut dirasakan Rahmat Pakaya, yang berharap dapat terus berkontribusi bagi Jalur Rempah. “Berlayar bersama KRI Dewaruci telah menjadi abadi sebagai sejarah dalam hidup saya. Sebagai mahasiswa, saya sadar bahwa peran saya penting dalam mendukung Jalur Rempah menuju UNESCO. Misalnya dengan melakukan penelitian, transfer knowledge sesama mahasiswa, atau bahkan membentuk organisasi Jalur Rempah di lingkungan UI. Hal ini akan menjadi bukti konkret UI dalam mendukung Jalur Rempah menjadi Warisan Budaya Dunia tahun depan,” ujar Rahmat.

Program yang dimulai pada 22 November 2023 dan berakhir pada 2 Desember 2023 ini  diharapkan dapat merekonstruksi narasi sejarah Jalur Rempah, yang membuktikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rempah terbesar di dunia. Pengangkatan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO 2024 akan bermanfaat agar Indonesia diakui secara internasional sebagai pemilik Jalur Rempah dan poros maritim dunia.

 

Penulis : Rahmat Pakaya | Editor  : Dyra Daniera/Finda Salsabila

Related Posts