Kurangnya kepatuhan pasien mengakibatkan terganggunya proses pengobatan. Hal ini salah satunya terjadi pada pasien tuberkolosis (TB). Pendekatan baru yang menekankan sistem interaksi perawat dengan pasien dibutuhkan agar pasien patuh dalam proses pengobatan. Tintin Sukartini, Rabu (1/4/2015), mempresentasikan disertasinya yang berjudul “Pengembangan Model Peningkatan Kepatuhan Berbasis Teori Sistem Interaksi King dan Pengaruhnya terhadap Kepatuhan Pasien Tuberkolosis Paru.” Doktor lulusan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) ini mengembangkan model interaksi baru bagi pasien TB.
Di hadapan para penguji, Tintin menyampaikan bahwa perawat berperan penting dalam memfasilitasi terapi dan mengarahkan perilaku pasien TB agar pasien dapat termotivasi untuk patuh. Saat ini, perawat memang telah memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien. Namun, dari hasil studi pendahuluan, diketahui bahwa hal ini belum optimal masih banyak pasien yang kurang patuh dalam menjalani pengobatan.
Lebih lanjut, Tintin menjelaskan, model peningkatan kepatuhan berbasis teori sistem interaksi King memberikan kesempatan kepada pasien untuk berinteraksi terus menerus dengan perawat, berbagi informasi dan perasaan selama menjalankan pengobatan. Dalam model tersebut, pasien diberikan pelajaran di antaranya tentang cara batuk dan bersin yang benar, cara membuang dahak dan menggunakan alat-alat makan dan minum agar tidak terjadi penularan.
Dalam intervensi model ini, pasien juga diberikan pembelajaran yang tepat mengenai nutrisi yang penting untuk membantu proses penyembuhan TB paru. Dari penelitian tersebut, terbukti bahwa model peningkatan kepatuhan berbasis teori sistem interaksi King efektif meningkatkan kepatuhan pasien TB paru. Melalui penelitian ini, Tintin merekomendasikan agar dilakukan integrasi model peningkatan kepatuhan berbasis teori sistem interaksi King dalam clinical pathway pada pasien TB paru di poli paru.
Penulis: R. A. Khairun Nisa
Editor: Inung Imtihani
